Jumat, 16 September 2016

AL MAHALLI SYARAH MINHAJ THALIBIN (Istisna najis dan hukum dua kullah air dan ijtihad pada air yang dikeragui )



(وَيُسْتَثْنَى) مِنْ النَّجَسِ (مَيْتَةٌ لَا دَمَ لَهَا سَائِلٌ) عِنْدَ شَقِّ عُضْوٍ مِنْهَا فِي حَيَاتِهَا كَالزُّنْبُورِ وَالْخُنْفُسَاءِ (فَلَا تُنَجِّسُ مَائِعًا) بِمَوْتِهَا فِيهِ (عَلَى الْمَشْهُورِ) إلَّا أَنْ تُغَيِّرَهُ بِكَثْرَتِهَا ، وَلَوْ مَاتَتْ فِيمَا نَشَأَتْ مِنْهُ كَالْعَلَقِ وَدُودِ الْخَلِّ لَمْ تُنَجِّسْهُ جَزْمًا، (وَكَذَا فِي كُلِّ نَجَسٍ لَا يُدْرِكُهُ طَرَفٌ) أَيْ بَصَرٌ لِقِلَّتِهِ كَنُقْطَةِ بَوْلٍ، وَمَا يَعْلَقُ بِرِجْلِ الذُّبَابِ مِنْ نَجَسٍ، فَإِنَّهُ لَا يُنَجِّسُ مَائِعًا لِمَا ذُكِرَ. (قُلْت: ذَا الْقَوْلُ أَظْهَرُ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ) (وَالْجَارِي كَرَاكِدٍ) فِي تَنَجُّسِهِ بِالْمُلَاقَاةِ. (وَفِي الْقَدِيمِ: لَا يَنْجُسُ بِلَا تَغَيُّرٍ) وَهِيَ كَمَا قَالَ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ (وَالْقُلَّتَانِ خَمْسُمِائَةِ رَطْلٍ بَغْدَادِيٍّ تَقْرِيبًا فِي الْأَصَحِّ) 6
Dan yang dikecualikan dari najis yaitu mayat yang tidak mengalir darahnya,karena keras aggota tubuhnya pada masa hidupnya seperti lalat,maka tidaklah jadi najis ia jika ia mencair karena matinya dalam air, itu menurut pendapat yang masyhur,kecuali jika air itu berubah karena terlalu banyak matinya,dan jika ia mati pada air yang biasanya ia hidup didalam air itu seperti lintah dan ulat air, tidak menajisi ia akan air itu dengan secara nyata,demikian juga pada tiap-tiap najis yang tidak didapati oleh pandangan mata karena kecilnya seperti tetesan air kencing,dan najis yang melekat pada kaki lalat,maka itu tidak menajisi (menurut kata qultu) ini kata yang lebih izhar wallahu a’lam.dan adapun air yang mengalir deras sama dengan air yang tenang pada ditemui najisnya dan pada kata qadim tidak bernajis ia jika tidak berubah,sebagaimana yang tertera dalam syarah Al-muhazzab. Dan yang disebut dua kullah air itu adalah lima ratus pon (ratal) negeri baghdad lebih kurangnya pada kata yang sah,

أَخْذًا مِنْ رِوَايَةِ الْبَيْهَقِيّ وَغَيْرِهِ {إذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ بِقِلَالِ هَجَرَ لَمْ يُنَجِّسْهُ شَيْءٌ} وَالْوَاحِدَةُ مِنْهَا قَدَّرَهَا الشَّافِعِيُّ أَخْذًا مِنْ ابْنِ جُرَيْجٍ الرَّائِيِّ لَهَا بِقِرْبَتَيْنِ وَنِصْفٍ مِنْ قِرَبِ الْحِجَازِ، وَوَاحِدَتُهَا لَا تَزِيدُ غَالِبًا عَلَى مِائَةِ رِطْلٍ بَغْدَادِيٍّ، وَسَيَأْتِي فِي زَكَاةِ النَّبَاتِ أَنَّهُ مِائَةٌ وَثَمَانِيَةٌ وَعِشْرُونَ دِرْهَمًا وَأَرْبَعَةُ أَسْبَاعِ دِرْهَمٍ، أَوْ بِلَا أَسْبَاعٍ، أَوْ وَثَلَاثُونَ. وَهَجَرُ بِفَتْحِ الْهَاءِ وَالْجِيمِ قَرْيَةٌ بِقُرْبِ الْمَدِينَةِ النَّبَوِيَّةِ 6
----------------------------------------
(وَالتَّغَيُّرُ الْمُؤَثِّرُ بِطَاهِرٍ أَوْ نَجَسٍ طَعْمٌ أَوْ لَوْنٌ أَوْ رِيحٌ) أَيْ أَحَدُ الثَّلَاثَةِ كَافٍ، (وَلَوْ اشْتَبَهَ مَاءٌ طَاهِرٌ بِنَجِسٍ) كَأَنْ وَلَغَ كَلْبٌ فِي أَحَدِ الْمَاءَيْنِ وَاشْتَبَهَ (اجْتَهَدَ) كَقُرْبِ الْكَلْبِ مِنْهُ (وَتَطْهُرُ بِمَا ظَنَّ طَهَارَتَهُ) مِنْهُمَا (وَقِيلَ إنْ قَدَرَ عَلَى طَاهِرٍ بِيَقِينٍ فَلَا) يَجُوزُ لَهُ الِاجْتِهَادُ فِيهِمَا 7 (وَالْأَعْمَى كَبَصِيرٍ فِي الْأَظْهَرِ) لِأَنَّهُ يُدْرِكُ أَمَارَةَ النَّجِسِ بِاللَّمْسِ وَغَيْرِهِ (أَوْ) اشْتَبَهَ (مَاءٌ وَبَوْلٌ) بِأَنْ انْقَطَعَتْ رَائِحَتُهُ (لَمْ يَجْتَهِدْ) فِيهِمَا (عَلَى الصَّحِيحِ) 8. (بَلْ يُخْلَطَانِ) أَوْ يُرَاقَانِ (ثُمَّ يَتَيَمَّمُ) وَلِلْأَعْمَى فِي هَذِهِ الْحَالَةِ التَّقْلِيدُ فِي الْأَصَحِّ بِخِلَافِ الْبَصِيرِ: قَالَ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ: فَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَنْ يُقَلِّدُهُ أَوْ وَجَدَهُ فَتَحَيَّرَ تَيَمَّمَ (أَوْ) مَاءٌ (وَمَاءُ وَرْدٍ) بِأَنْ انْقَطَعَتْ رَائِحَتُهُ (تَوَضَّأَ بِكُلٍّ) مِنْهُمَا (مَرَّةً وَقِيلَ: لَهُ الِاجْتِهَادُ) فِيهِمَا كَالْمَاءَيْنِ،
Dan adapun perubahan yang memberi bekas dengan suci itu atau najis ialah rasa atau warna atau baunya,artinya salah satu dari yang tiga itu,dan jika serupa air suci dengan air yang bernajis,seperti dua bejana air yang serupa dilewati anjing,maka hendaklah perpikir keras (ber ijtihad) seseorang,seperti memperkirakan dekatnya anjing itu diantara kedua bejana itu ,dan bersuci ia dengan yang mana ia sangka suci diantara keduannya,dan menurut kata yang lain jika ia kuasa mengira dengan yakin yang mana air yang suci maka tidak perlu ijtihad,,tapi jaiz baginya ijtihad pada dua bejana itu,dan adapun orang buta seperti orang yang melihat pada kata yang izhar,karena sibuta dapat memperoleh tanda najis lewat menyentuh air dan lain-lainnya,atau serupa air suci dan air kencing sebab terputus bau air kencing itu mka tidak berijtihad ia pada keduanya menurut pendapat yang sahih,akan tetapi mencampurkan ia keduanya atau membersihkan ia keduanya kemudian bertayamum ia,dan bagi orang buta dalam laku ini tidak ijtihad tetapi taklid saja kepada orang yang melihat,sebagaimana terdapat dalam syarah Al-muhazzab,jika sibuta tidak memperoleh tempat taklid atau ia memperoleh tempat taklid tapi jahil pula tentang hal ini maka tayammum saja ia.atau serupa air suci dengan air bunga yang terputus baunya maka hendaklah berwudu’ ia dengan tiap-tiap dari keduanya satu kali-satu kali,menurut kata yang lain sebaiknya ijtihad juga pada keduanya seperti dua air yang serupa.


فَقَوْلُهُ: اجْتَهَدَ أَيْ جَوَازًا إنْ قَدَرَ عَلَى طَاهِرٍ بِيَقِينٍ وَوُجُوبًا إنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَيْهِ كَمَا ذَكَرَهُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ. 7
وَالثَّانِي يَجْتَهِدُ كَالْمَاءَيْنِ. وَفَرَّقَ الْأَوَّلَ بِأَنَّ الْمَاءَ لَهُ أَصْلٌ فِي التَّطْهِيرِ يُرَدُّ بِالِاجْتِهَادِ إلَيْهِ بِخِلَافِ الْبَوْلِ 8
----------------------------------------
     (وَإِذَا اسْتَعْمَلَ مَا ظَنَّهُ) الطَّاهِرَ مِنْ الْمَاءَيْنِ بِالِاجْتِهَادِ (أَرَاقَ الْآخَرَ) نَدْبًا لِئَلَّا يَتَشَوَّشَ بِتَغَيُّرِ ظَنِّهِ فِيهِ (فَإِنْ تَرَكَهُ) بِلَا إرَاقَةٍ (وَتَغَيَّرَ ظَنُّهُ) فِيهِ مِنْ النَّجَاسَةِ إلَى الطَّهَارَةِ بِأَمَارَةٍ ظَهَرَتْ لَهُ، وَاحْتَاجَ إلَى الطَّهَارَةِ (لَمْ يَعْمَلْ بِالثَّانِي) مِنْ ظَنَّيْهِ فِيهِ (عَلَى النَّصِّ) لِئَلَّا يُنْتَقَضَ ظَنٌّ بِظَنٍّ (بَلْ يَتَيَمَّمُ بِلَا إعَادَةٍ فِي الْأَصَحِّ)

Dan apabila mengamalkan ia akan apa yang ia sangka suci dari kedua air itu dengan ijtihadnya maka hendaklah ia menuangkan yang lainnya,sunnah hukumnya menuangkan supaya tidak ada was-was dengan perubahan sangka setelah itu pada yang lain itu,jika ia meniggalkan dan tidak menuangkan maka ternyata berubah sangkanya dari najis kepada suci dengan tanda yang zahir bagi air itu dan berhajat ia akan memakainya untuk bersuci,maka tidaklah ia harus mengamalkannya dari sangkanya itu menurut kata nash,karena tidak ada hukum prasangka dengan prasangka akan tetapi bertayamum saja  ia dengan tidak mengulang menurut pendapat yang sah,

(وَلَوْ أَخْبَرَهُ بِتَنَجُّسِهِ) أَيْ الْمَاءِ (مَقْبُولُ الرِّوَايَةِ) كَالْعَبْدِ وَالْمَرْأَةِ بِخِلَافِ الصَّبِيِّ (وَبَيَّنَ السَّبَبَ) فِي تَنَجُّسِهِ كَوُلُوغِ كَلْبٍ (أَوْ كَانَ فَقِيهًا) فِي بَابِ تَنَجُّسِ الْمَاءِ (مُوَافِقًا) فِي مَذْهَبِهِ فِي ذَلِكَ (اعْتَمَدَهُ)
Dan jika mengkabarkan kepadanya seseorang yang bisa diterima riwayatnya tentang najisnya air seperti seorang laki-laki atau perempuan dewasa kecuali anak kecil,dan nyata pula sebab najisnya seperti dilewati anjing,atau seorang periwayat itu faqih tentang najis air yang disepakati pada mazhab syafi’i maka dipeganglah katanya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca terbaik meninggalkan secuil komentar ilmiah,.,.,.silahkan