Minggu, 02 Oktober 2011

Mutiara Tauhid Bab Ma'rifat 4


Tanya: Mana yang dikatakan dekat kepada allah ?
Jawab: Apabila hati selalu ingat kepada allah maka itu dekat namanya.36)
Tanya: Mana yang disebut jauh dari allah?
Jawab: Apabila berhadap hati kepada makhluk,serta lupa dan lalai kepada allah maka itu jauh dari allah namanya37)
Tanya: Mana yang dinamai sampai kepada allah?
Jawab: Yaitu hapus sekalian yang ada dialam ini dari pandangan hati, hanya wujud allah yang hadir (dalam hati) senantiasa tiada lupa dan lalai.38)
Tanya: Ma’rifat itu berapa macamnya?
Jawab: Makrifat itu ada 3 macam:
1.      Ma’rifat orang syari’at
2.      Ma’rifat orang thariqat
3.      Ma’rifat orang hakikat.
Tanya: Apakah perbedaan antara yang 3 itu?
Jawab: Ma’rifat orang syari’at itu mengenal segala yang zahir seperti: halal, haram, sah, batal, makruh, sunat, mubah, fardu, rukun, syarat.
Jawab: Ma’rifat orang Thariqat itu mengenal barang yang sunyi seperti: ria, suma’ah,takabbur, ’ajib, hasad dan sifat yang mazmumah yang dicela syara’ seperti mengenal baik,buruk,dan kasih sayang allah dan lain sebagainya.
Jawab: Ma’rifat orang Hakikat antara Tasbih dan Tanzih, tidak terdinding pandangan zahir kepada batin dan pandangan batin kepada zahir.39)


36) Imam Abu Qasim Al Qusyairy menerangkan dalam Risalahnya pada bab muraqabah hal 74,bahwa yang dimaksud dalam hadits Riwayat Muslim tentang Ihsan”jika engkau tidak melihatnya maka Allah melihatmu” artinya selalu mengawasi yaitu muraqabah sesuai Firman Allah:
 وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَقِيبًا”Allah selalu dekat kepada tiap-tiap sesuatu“ ( Al Ahzab 52).

37) Bukan maksudnya jauh itu luput dari pengawasan allah/ berjarak jauh dari allah.Firman allah: sesungguhnya allah menyertaimu dimanapun kamu berada( Al hadid 4), Ahli thariqat bertutur: jauhnya tidak berjarak,dekatnya tidak berantara, Firman Allah: “Kami lebih dekat dari urat leher/tengkuk (Qaf 16),lagi Firmannya:” dan jika hambaku bertanya tentag Aku maka katakanlah Aku dekat lagi mengkabulkan do’a ( Al baqarah 186),jauh yang dimaksud disini yaitu terhijab oleh kelalaiannya hingga tersa jauh dari Allah,Ibnu Athaillah berkata: “Allah yang Haq Tiadalah terhijab(terhalang oleh sesuatu) daripada dirimu. Yang terhijab adalah dirimu daripadaNya.Andaikata Allah itu terhijab, apa yang menghijabNya
itu akan mengurungNya. Dan andaikata ada sesuatu yang mengurungNya,berarti  wujudNya lemah,tidak berkuasa atas hijab itu, Dan sedang Dia (Allah) adalah maha kuasa atas segala hambanya ( hijab)” (Al Hikam no 41).

38)  Wujud Allah yang hadir disini maksudnya dalam pandangan hati,Raslullah bersabda: “Engkau al zahir (setiap sesuatu menunjukan akan wujudNya), tidak ada sesuatu di atasMu, dan engkau Al Batin ( yang tidak dapat dibayangkan),tidak ada sesuatu dibawahMu”.(HR Muslim).kalau tidak ada sesuatu di atasNya dan di bawahNya maka Allah meliputi segalanya, ,,,yang dimaksud selalu hadir Bukanlah maksudnya dihadir-hadirkan,kalau dihadir-hadirkan itulah yang disebut Imam Al Ghazali membuat tuhan dalam hati. Imam Al Ghazali berkata: “bila kamu hanya merasakan hadirnya Allah pada dalam zikirmu, tapi tidak merasakan hadirnya Allah diluar zikirmu, maka berarti apa yang kamu rasakan dalam zikir itu bukanlah Allah” (Ihya ‘ulumuddin). Ibnu Athaillah berkata: “Bagaimana mungkin Allah itu akan dihijab oleh sesuatu, padahal Ia lebih dekat kepadamu daripada sesuatu itu” (Al Hikam no 22),dan Allah berfirman:”Sesungguhnya Allah  selalu dekat kepadamu” ( An nisa’ 1) dekatnya tidak didekatkan,tapi Allah selalu dekat walau teringat dalam hati atau tidak.

39) Inilah maqam baqa billah. Firman Allah: “Dan (Baqa) tetap kekal “Wajah”(Zat) Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (Ar Rahman, 27).Rasulullah bersabda:” Iman yang paling afdal ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada” (HR. Ath Thobari) ,,,Baqa adalah salah satu sifat Allah yang mana manusia tidak akan pernah memilikinya selamanya, dalam Tasawuf baqa hanyalah dinisbatkan kepada maqam (tempat berdiri ma’rifat)bukan kepada diri,adapun istilah Baqabillah artinya kekal dengan Allah,yaitu ma’rifatnya yang kekal dengan Allah,bukan dirinya yang kekal,yang hanya memiliki ma’rifat itu adalah orang muntahi,boleh juga diistilahkan ma’rifat yang tinggi derajatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca terbaik meninggalkan secuil komentar ilmiah,.,.,.silahkan