Tanya: Ma’rifat itu kemanakah ta’luknya
?
Jawab: Adapun mengenal diri itu
ta’luknya kepada mengenal allah ta’la 33) dan mengenal Allah ta’la
itu ta’luknya kepada binasanya wujud.34) Isyarat sabda nabi;
ومن عرف نفسه فقد عرف
ربه,ومن عرف ربه فسدالجسد
“Dan barang
siapa yang mengenal dirinya maka sesungguhnya ia mengenal tuhannya ,dan siapa
yang mengenal tuhannya maka binasalah jasadnya”35)
33) Syekh Haji Muhammad Wali Khalidy berkata: menurut
longat ‘arab معرفة ( ma’rifat )
itu ta’luknya kepada مُعرف ( mu’arrif ) ma’rifat عامة ( umum ) ta’luknya kepada bersalahan muhaddas ( binasa yang baru ) maksudnya
segala yang bersifat baru,itulah yang muhaddas. ma’rifat جاصة ) orang khusus )
ta’lu’nya kepada zat Allah sekedar yang dapat bagi makhluk untuk mengenal(sekedar
apa yang dibukakan Allah) ( Tanwirul anwar).
34) Binasa wujud yang dimaksud disini adalah wujud
yang ada pada pandangan zahir, boleh juga diartiakan dengan jasad itulah yang
disebut bersalahan muhaddas.
35) Hadits ini sangat masyhur pada ahli Tasawuf dan para ’ulama hadits,para ‘ulama
hadits yang megutip hadits ini diantaranya adalah:
1.
Imam An-Nawawi- dalam kitabnya ( Al Fatawa, hal.120)
2.
As-Sakhawiy- dalam kitabnya (al-Maqashid al-Hasanah Fî Bayan Katsir Min al-Ahadits al-Musytahirah 'Ala al-Alsinah, hal.419 )
3.
Ibnu Ad-Diba'- dalam kitabnya (Tamyiz ath-Thayyib Minal-Khabits Fima Yadur 'Ala Alsinah an-Nas Min al-Hadits, hal.165 )
4.
Al-'Ajluniy- dalam kitabnya ( Kasyf al-Khafa` wa Muzil al-Ilbas 'Amma isytahara Min al-Ahadits 'Ala Alsinah an-Nas, Jilid.2 hal.262 )
5.
Muhammad bin Darwisy- dalam kitabnya ( Asna al-Mathalib, hal.219 )
6.
Imam As-Suyuthiy- dalam kitabnya (Al-Hawiy, Risalah: al-Qawl
al-Asybah Fi Hadits Man'Arafa Nafsah Jilid.2 hal.412 ) dan ( Tadrib ar-Rawy, hal.370)
7.
Ibnu Hajar Al-Haitamiy- dalam kitabnya ( Al-Fatawa Al-Haditsiyah, hal.211 )
8.
Abu Nu'aim Al-Ashfahaniy- dalam kitabnya ( Hilyah
al-Awliya,Jilid.10, hal.208 ) Dll,,,,
Namun para
‘ulama itu tidak ada yang menyatakan kesahihannya,Ibn As-Sam'aniy berkata:Hadits ini maukuf yang disandarkan kepada Yahya bin Muadz ar-Razi.( Ad-Durar Al-Muntatsyrah
Fi Al-Ahadits al-Musytahirah karya Imam As-Suyuthy ),Nasruddin Albany meletakkan hadits ini dalam deretan hadits da’if wa
maudu’ dan mengomentari dengan perkataan“La asla lahu”,,,, Imam Al
Ghazali menuturkan hadits ini dalam beberapa kitabnya,tafsirannya mengarah
kepada cara mengenal diri, sebagai tahapan awal dalam mencapai pengenalan
Allah, Mengenal diri itu adalah "Anak Kunci"
untuk Mengenal Alloh,yang dimaksud tafakkur merenungi diri,dan sesuai
dengan firman allah: Dan pada diri kamu mengapa kamu tidak melihat,,(Adz
zariyah 21) dan lagi Firmannya:
سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى
يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?” (Fusilat 53 ). Bagi orang yang tidak mengerti seluk beluk
tentang ma’rifat ketuhanan ia mengira bahwa dirinya itulah yang Tuhan,karena
ia memahami secara dangkal hadits diatas ,maka itulah yang disebut jahil
murkab, disinilah awal jatuhnya seorang ‘ulama besar yang kita kenal Syekh Siti
Jenar , dengan pemahaman Wahdatul Wujudnya,faham yang sesat menurut pengakuan
seluruh ‘Ulama Ahlussunah wal Jama’ah. (lihat I’tiqad Ahlussunah wal Jama’ah
pada bab kaum syi’ah hal 117.karya KH.Sirajuddin Abbas-Al Minang Kabawi ).
Faham yang benar adalah,apa yang telah diterangkan
dalam kitab Ihya ‘ulumuddin dan kitab
Ta’limul muta’lim:
“ من عرف نفسه فقد عرف ربه,فإدَ عرف عجز نفسه, عرف قدرةالله ”
“Siapa yang
mengenal dirinya,maka ia akan mengenal Tuhannya,maka pada ketika ia megatahui
kelemahan dirinya,akan muncul kesadaran pada kekuasaan Allah ”. Ia menambahkan: maka janganlah kita berpegang
teguh pada kemampuan dirinya dan akalnya,tetapi bertawakkal lah kepada
allah,seraya memohon kepadanya akan petunjuk kebenaran,maka Allah akan
memberikan kecukupan kepadanya”,(lihat Ta’limul muta’lim hal 74). Jadi ma’na عرف نفسه mengenal kelemahan diri dan ma’na عرف ربه mengenal kebesaran Allah yang ada pada dirinya.Syekh ‘Abdul Rauf aceh, guru Syekh Burhanuddin ulakkan sumbar mengungkapkan dalam kitab “Tanbihul masyi”
:”siapa yang megenal
dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya,siapa
yang mengenal Tuhannya maka jahillah dirinya, dan
mengenal diri itu terkait dengan mengenal Tuhan,dan mengenal Tuhan itu
terkait dengan jahilnya diri”,(Tanbihul Masyi hal 20).seperti itulah pemahamn Ahlussunnah wal
Jama’ah,,,untuk lebih jelasnya lagi dalam masalah ini hendaklah bertanya pada
ahlinya.karena ilmu itu ada yang bisa diurai dengan tulisan dan ada yang tidak,
melainkan hanya bisa di terangkan dengan lisan.wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca terbaik meninggalkan secuil komentar ilmiah,.,.,.silahkan