Sabda nabi saw: siapa menuntut harta lebih dari sekedar hajatnya yang
memadai maka allah butakan kedua mata hatiny19),Sahabat bertanya
kepada Rasulullah saw: Manakah orang yang tidak ber’akal ya rasulullah? Rasulullah menjawab; Yaitu orang
yang meninggalkan menuntut ilmu karena menuntut harta benda yang berlebihan20)
Tanya: Mana yang benar-benar ilmu?
Jawab: Yaitu mengetahui baik, jahat,
zahir, batin, awal, akhir, halal, haram, makruh, mubah, sunat, fardu, rukun,
syarat, sah dan batal.
Tanya: Apakah yang mengalahkan ilmu,?
Jawab: Yaitu nafsu.21)
Tanya: Apa yang mengalahkan nafsu?
Jawab: Takut akan allah yang
benar-benar takut22).
Tanya: Mana kesudahan ilmu?
Jawab: Yaitu kembali kepada asal,
seperti sedia kala23).
Tanya: Ada orang
yang berkata: ilmu Tasawuf itu adalah ilmu orang-orang dahulu,derajatnya sulit
difahami,kita orang awam tidak mengerti dangan
hukumnya,jadi kita tidak diwajibkan menuntutnya,bagaimanakah
dengan kata itu ?,
Jawab: Kata itu
tidak berdalil kecuali hanya dalil akal,sedang nabi mewajibkan menuntut
ilmu,sabda Nabi ini ditujukan kepada seluruh muslimin dan muslimat,terutama
orang awam,orang dahulu itu sebelumnya juga awam,karena menuntut ilmulah
makanya dia jadi ahli ilmu
19) Matan yang seperti ini bukan sabda nabi tapi
Kata Syekh Ibnu Athaillah: “Kegigihanmu untuk mencapai apa yang telah dijaminkan untukmu (yakni di dalam urusan rizki) disamping kelalaianmu pada
(perkara-perkara) yang telah dituntut daripadamu (yakni di dalam mengerjakan
ibadat) adalah suatu bukti butanya penglihatan mata hatimu”. ( Al Hikam ke 5), seiring firman Allah:
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ
رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ”Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya
sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu, dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”,,
Seiring Hadits Sahih Riwayat Ibnu Majah, “ Dari Sya’ibah dari Umar bin
Salim dari Abdurahman dari Bapaknya dari Zaid bin Tsabit berkata:Aku mendengar
Rasulullah bersabda: “Siapa mencintai dunia maka Allah merasakan kepadanya
kefakiran didepan matanya,dan siapa yang tergantung niatnya menuju akhirat maka
Allah kayakan hatinya dan Allah cukupkan kehidupan dunianya”( HR.Ibnu Majah
dengan sanad sahih) dan (Tafsir Ibnu katsir juz 5 hal 328).
20) Hadits Riwayat Ahmad dan Thirmidzi,Dalam
alqur’an sangat banyak ditemukan yang senada dengan itu, salah satunya ( Al An’am
32) ”kehidupan dunia hanyalah permainan dan berlalai-lalai dan sesungguhnya kampung
akhiratlah yang lebih baik bagi orang yang bertaqwa,kenapakah kamu tidak
mengakali ??” sasaran pertanyaan Allah disini kepada orang yang memilih dunia
dari pada akhirat adalah orang yang tidak berakal,(Tafsir Al Baghawii juz 3 hal
138). menuntut ilmu termasuk ibadah yang dikerjakan didunia untuk akhirat siapa
yang meninggalkannya sebab mencari harta benda yang berlebihan adalah termasuk tidak
berakal,Para ‘Ulama Mufassirin sepakat dengan penafsiran ayat tersebut.
21) Nafsu ‘amarah dan lawamah.seperti yang
tersebut dalam Firman Allah:
, وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ
لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ” Dan aku tidak
membebaskan nafsuku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan” (Yusuf 53 ) dan lagi
Firmannya:
وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ “dan sesungguhnya aku bersumpah demi nafsu lawwamah”. (Al
qiyamah 2).
22) Firman Allah: “Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengkhabarkan”.( Al hujarat
13).sesuai dengan (Al Qashas 80) dan (Al an’am 32) seiring hadits nabi saw:
“Bertaqwalah kamu kepada Allah karena itu adalah kumpulan segala kebaikan, dan
berjihadlah di jalan Allah karena itu adalah kerahiban kaum muslimin, dan
berzikirlah kepada Allah serta membaca kitabNya karena itu adalah cahaya bagimu
di dunia dan ketinggian sebutan bagimu di langit. Kuncilah lidahmu kecuali
untuk segala hal yang baik. Dengan demikian kamu dapat mengalahkan setan. (HR.
Ath-Thabrani).
23) Pepatah mengatakan: semakin banyak tahu makin
terasa bodohnya diri.semakin banyak ilmu semakin tawaddu’,pakailah ilmu padi
makin berisi makin tunduk.
Sedang hukum
yang tidak dimegerti kata
mereka,itu sudah pantas karena ia orang awam yang tidak mengerti tentang Tasawuf,Sabda nabi:”Siapa
yang buta didunia niscaya ia akan buta diakhirat nanti”24) Memang
ada sebagian ulama tasawuf melarang orang menuntut ilmu tasawuf,yaitu
kanak-kanak yang belum baligh berakal,karena dikhawatirkan dibawanya untuk
main-main,akan tetapi larangan itu tidaklah umum,
Disebutkan oleh
Ibnu Ajibah dalam kitabnya,”Iqazh Al-Himam”, Imam Al-Ghazali menyatakan secara
terbuka bahwa tasawuf merupakan fardu ‘ain atas setiap muslim dan muslimah yang
telah mukallaf, “karena, selain para nabi, tak ada seorang pun yang sama sekali
terbebas dari kerusakan dan penyakit rohani.”
Hal demikian telah dicontohkan oleh Rasulullah sendiri saat
seorang arab bertanya kepadanya tentang keberadaan Allah,sebagaimana tertulis
dalam haditsnya
وأخرج ابن مردويه عن أنس قال » سأل أعرابي رسول الله صلى الله عليه
وسلم ، أين ربنا؟ قال : في السماء على عرشه ، ثم تلا { الرحمن على العرش استوى } [
طه : 5 ] وأنزل الله وإذا سألك عبادي عني فإني قريب
“Dari Ibnu Marduwiyah dari Anas berkata:
seorang ‘arab badwi telah bertanya kepada nabi saw “dimanakah tuhan kita ya
rasul,,?” Rasulullah menjawab,”tuhan kita pada langit diatas ‘arasnya.dan nabi
membacakan surat (Tha ha 5)”Ar rahman istawa atas ‘Aras”,maka turunlah ayat
“dan apabila bertanya kepadamu hambaku tentang Aku (jawablah) sesungguhnya Aku
dekat”. (Al baqarah 186)”. dari kisah rasulullah itu terkandung pengertian saat
Rasulullah ditanya oleh si ‘arab badwi itu rasulullah belum tau bahwa dia
adalah seorang hamba allah maka dari itu dijawab oleh rasul dengan surat Ta ha
5,kemudian Allah menegur Rasul dengan diturunkan surat Al baqarah 186,disanalah
nabi baru tau orang itu adalah hamba Allah yang diutus kepadanya untuk bertanya
tentang Allah,kesimpulannya jawaban yang pertama surat (Tha ha 5) itu
dikhususkan untuk orang jahil atau musrik yang belum beriman,atau yang masih
belum baligh berakal,jawaban yang terakhir surat (al baqarah 186) itu
dikhususkan untuk hamba Allah yang telah beriman kepada nabi dan yang telah
mampu berfikir jernih.
Dalam peristiwa yang lain
juga pernah diriwayatkan dari Waqi’ Al a’masy dari Ibrahim dari Al qamah
dari Ibnu Mas’ud bercerita: pada suatu hari kami berjalan dengan nabi saw
disuatu perkampungan madinah maka lewatlah satu kaum daripada yahudi maka
mereka berbicara antara mereka tanyalah kepada orang itu (Rasulullah) tentang
ruh,sedang yang lain berkata: jangan kamu tanyakan itu,akhirnya mereka bertanya
juga” hai Muhammad..!! apakah itu ruh yang mana tergelincir perkataan orang
yang mendudukkannya,,?” nabi diam sejenak kemudian berdiri, Ibnu Mas’ud melihat
bahwa nabi diturunkan wahyu kepadanya, maka nabi saw menjawab dengan membaca
surat (Al isra’ 85) “Dan
mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kalian (yahudi) diberi pengetahuan melainkan sedikit". maka mereka berbisik-bisik antara mereka (si yahudi)dengan
berkata: tadi sebelumnya telah aku katakan kepadamu “jangan kamu tanyakan
tentang ruh itu padanya !!” (HR, Ahmad) (Tafsir Ibnu katsir juz 5 hal 114)
dengan hadits yang serupa Riwayat Bukhari dalam ( Sahih Bukhari no 125 -7462) kelihatanya
disini nabi tidak menjawab pertanyaaan mereka akan tetapi menyerahkan urusan
itu kepada tuhan,karena mereka yang bertanya adalah orang yahudi dengan
bertanya tidak sopan,sambil berjalan memanggil nabi dengan keras”hai
Muhammad”walaupun dijelaskan nabi bagaimanakah ruh itu pastilah mereka
mengingkari dan memperolok-olok nabi saw,maka dari itu Allah turunkan wahyu
sebagai jawabannya,
Dalam pembahasan yang sama nabi menerangkan secara jelas
tentang ruh seperti dalam surat .(Az-Zumar 42) “Allah
memegang jiwa (ruh)seseorang ketika matinya dan (memegang) ruh
orang yang belum mati di waktu tidurnya Maka Dia
tahanlah ruh orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa(ruh) yang
lain sampai
waktu yang ditetapkan Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”.(Az-Zumar 42) dengan jelas nabi menerangkan kepada kaum
mu’min bagaimana Allah memegang ruh orang yang dimatikanNya dan ruh orang yang ditidurkanNya dan menahan ruh orang yang
telah ditetapkan kematiannya seperti nabi Isa as dan nabi Idris.dan dalam
masalah ruh ini terdapat keterangan yang sangat banyak dalam Alqur’an sebagai
pelajaran bagi kaum yang mampu berfikir,
24) Bukan sabda nabi tapi Firman Allah
dalam surah ( Al isra’ 72).Tafsir Al baghawi menyebutkan “siapa yang buta mata
hatinya dari melihat qudarat allah dan ayat-ayat Allah dan melihat yang haq
pada dunia ini,maka diakhirat nanti niscaya ia akan buta,bahkan
lebih sangat buta lagi sesat jalannya”. (Tafsir Al baghawi juz 5 hal 110).sesuai
dengan surat (Al hajji 46).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca terbaik meninggalkan secuil komentar ilmiah,.,.,.silahkan