Kamis, 08 September 2011

Mutiara Tauhid Bab ilmu 4


Sabda nabi saw: siapa menuntut harta lebih dari sekedar hajatnya yang memadai maka allah butakan kedua mata hatiny19),Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw: Manakah orang yang tidak ber’akal ya rasulullah? Rasulullah menjawab; Yaitu orang yang meninggalkan menuntut ilmu karena menuntut harta benda yang berlebihan20)
Tanya: Mana yang benar-benar ilmu?
Jawab: Yaitu mengetahui baik, jahat, zahir, batin, awal, akhir, halal, haram, makruh, mubah, sunat, fardu, rukun, syarat, sah dan batal.
Tanya: Apakah yang mengalahkan ilmu,?
Jawab: Yaitu nafsu.21)
Tanya: Apa yang mengalahkan nafsu?
Jawab: Takut akan allah yang benar-benar takut22).
Tanya: Mana kesudahan ilmu?
Jawab: Yaitu kembali kepada asal, seperti sedia kala23).
Tanya: Ada orang yang berkata: ilmu Tasawuf itu adalah ilmu orang-orang dahulu,derajatnya sulit difahami,kita orang awam tidak mengerti dangan
hukumnya,jadi kita tidak diwajibkan menuntutnya,bagaimanakah dengan kata itu ?,
Jawab: Kata itu tidak berdalil kecuali hanya dalil akal,sedang nabi mewajibkan menuntut ilmu,sabda Nabi ini ditujukan kepada seluruh muslimin dan muslimat,terutama orang awam,orang dahulu itu sebelumnya juga awam,karena menuntut ilmulah makanya dia jadi ahli ilmu

19) Matan yang seperti ini bukan sabda nabi tapi Kata Syekh Ibnu Athaillah: Kegigihanmu untuk mencapai apa yang telah dijaminkan untukmu (yakni di dalam urusan rizki) disamping kelalaianmu pada (perkara-perkara) yang telah dituntut daripadamu (yakni di dalam mengerjakan ibadat) adalah suatu bukti butanya penglihatan mata hatimu. ( Al Hikam ke 5),  seiring firman Allah:
 وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُDan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”,,
Seiring Hadits Sahih Riwayat Ibnu Majah, “ Dari Sya’ibah dari Umar bin Salim dari Abdurahman dari Bapaknya dari Zaid bin Tsabit berkata:Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Siapa mencintai dunia maka Allah merasakan kepadanya kefakiran didepan matanya,dan siapa yang tergantung niatnya menuju akhirat maka Allah kayakan hatinya dan Allah cukupkan kehidupan dunianya”( HR.Ibnu Majah dengan sanad sahih) dan (Tafsir Ibnu katsir juz 5 hal 328).

20) Hadits Riwayat Ahmad dan Thirmidzi,Dalam alqur’an sangat banyak ditemukan yang senada dengan itu, salah satunya ( Al An’am 32) ”kehidupan dunia hanyalah permainan dan berlalai-lalai dan sesungguhnya kampung akhiratlah yang lebih baik bagi orang yang bertaqwa,kenapakah kamu tidak mengakali ??” sasaran pertanyaan Allah disini kepada orang yang memilih dunia dari pada akhirat adalah orang yang tidak berakal,(Tafsir Al Baghawii juz 3 hal 138). menuntut ilmu termasuk ibadah yang dikerjakan didunia untuk akhirat siapa yang meninggalkannya sebab mencari harta benda yang berlebihan adalah termasuk tidak berakal,Para ‘Ulama Mufassirin sepakat dengan penafsiran ayat tersebut.

21) Nafsu ‘amarah dan lawamah.seperti yang tersebut dalam Firman Allah:
 , وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ Dan aku tidak membebaskan nafsuku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan” (Yusuf 53 )   dan lagi Firmannya:
  وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ “dan sesungguhnya aku bersumpah demi nafsu lawwamah”. (Al qiyamah 2).

22) Firman Allah: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengkhabarkan”.( Al hujarat 13).sesuai dengan (Al Qashas 80) dan (Al an’am 32) seiring hadits nabi saw: “Bertaqwalah kamu kepada Allah karena itu adalah kumpulan segala kebaikan, dan berjihadlah di jalan Allah karena itu adalah kerahiban kaum muslimin, dan berzikirlah kepada Allah serta membaca kitabNya karena itu adalah cahaya bagimu di dunia dan ketinggian sebutan bagimu di langit. Kuncilah lidahmu kecuali untuk segala hal yang baik. Dengan demikian kamu dapat mengalahkan setan. (HR. Ath-Thabrani).

23) Pepatah mengatakan: semakin banyak tahu makin terasa bodohnya diri.semakin banyak ilmu semakin tawaddu’,pakailah ilmu padi makin berisi makin tunduk.

Sedang hukum yang tidak dimegerti kata mereka,itu sudah pantas karena ia orang awam yang  tidak mengerti tentang Tasawuf,Sabda nabi:”Siapa yang buta didunia niscaya ia akan buta diakhirat nanti”24) Memang ada sebagian ulama tasawuf melarang orang menuntut ilmu tasawuf,yaitu kanak-kanak yang belum baligh berakal,karena dikhawatirkan dibawanya untuk main-main,akan tetapi larangan itu tidaklah umum,
Disebutkan oleh Ibnu Ajibah dalam kitabnya,”Iqazh Al-Himam”, Imam Al-Ghazali menyatakan secara terbuka bahwa tasawuf merupakan fardu ‘ain atas setiap muslim dan muslimah yang telah mukallaf, “karena, selain para nabi, tak ada seorang pun yang sama sekali terbebas dari kerusakan dan penyakit rohani.”
Hal demikian telah dicontohkan oleh Rasulullah sendiri saat seorang arab bertanya kepadanya tentang keberadaan Allah,sebagaimana tertulis dalam haditsnya
 وأخرج ابن مردويه عن أنس قال » سأل أعرابي رسول الله صلى الله عليه وسلم ، أين ربنا؟ قال : في السماء على عرشه ، ثم تلا { الرحمن على العرش استوى } [ طه : 5 ] وأنزل الله وإذا سألك عبادي عني فإني قريب
“Dari Ibnu Marduwiyah dari Anas berkata: seorang ‘arab badwi telah bertanya kepada nabi saw “dimanakah tuhan kita ya rasul,,?” Rasulullah menjawab,”tuhan kita pada langit diatas ‘arasnya.dan nabi membacakan surat (Tha ha 5)”Ar rahman istawa atas ‘Aras”,maka turunlah ayat “dan apabila bertanya kepadamu hambaku tentang Aku (jawablah) sesungguhnya Aku dekat”. (Al baqarah 186)”. dari kisah rasulullah itu terkandung pengertian saat Rasulullah ditanya oleh si ‘arab badwi itu rasulullah belum tau bahwa dia adalah seorang hamba allah maka dari itu dijawab oleh rasul dengan surat Ta ha 5,kemudian Allah menegur Rasul dengan diturunkan surat Al baqarah 186,disanalah nabi baru tau orang itu adalah hamba Allah yang diutus kepadanya untuk bertanya tentang Allah,kesimpulannya jawaban yang pertama surat (Tha ha 5) itu dikhususkan untuk orang jahil atau musrik yang belum beriman,atau yang masih belum baligh berakal,jawaban yang terakhir surat (al baqarah 186) itu dikhususkan untuk hamba Allah yang telah beriman kepada nabi dan yang telah mampu berfikir jernih.
Dalam peristiwa yang lain juga pernah diriwayatkan dari Waqi’ Al a’masy dari Ibrahim dari Al qamah dari Ibnu Mas’ud bercerita: pada suatu hari kami berjalan dengan nabi saw disuatu perkampungan madinah maka lewatlah satu kaum daripada yahudi maka mereka berbicara antara mereka tanyalah kepada orang itu (Rasulullah) tentang ruh,sedang yang lain berkata: jangan kamu tanyakan itu,akhirnya mereka bertanya juga” hai Muhammad..!! apakah itu ruh yang mana tergelincir perkataan orang yang mendudukkannya,,?” nabi diam sejenak kemudian berdiri, Ibnu Mas’ud melihat bahwa nabi diturunkan wahyu kepadanya, maka nabi saw menjawab dengan membaca surat (Al isra’ 85) Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian (yahudi) diberi pengetahuan melainkan sedikit". maka mereka berbisik-bisik antara mereka (si yahudi)dengan berkata: tadi sebelumnya telah aku katakan kepadamu “jangan kamu tanyakan tentang ruh itu padanya !!” (HR, Ahmad) (Tafsir Ibnu katsir juz 5 hal 114) dengan hadits yang serupa Riwayat Bukhari dalam ( Sahih Bukhari no 125 -7462) kelihatanya disini nabi tidak menjawab pertanyaaan mereka akan tetapi menyerahkan urusan itu kepada tuhan,karena mereka yang bertanya adalah orang yahudi dengan bertanya tidak sopan,sambil berjalan memanggil nabi dengan keras”hai Muhammad”walaupun dijelaskan nabi bagaimanakah ruh itu pastilah mereka mengingkari dan memperolok-olok nabi saw,maka dari itu Allah turunkan wahyu sebagai jawabannya,
Dalam pembahasan yang sama nabi menerangkan secara jelas tentang ruh seperti dalam surat .(Az-Zumar 42) “Allah memegang jiwa (ruh)seseorang ketika matinya dan (memegang) ruh orang yang belum mati di waktu tidurnya  Maka Dia tahanlah ruh orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa(ruh) yang lain sampai waktu yang ditetapkan Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”.(Az-Zumar 42) dengan jelas nabi menerangkan kepada kaum mu’min bagaimana Allah memegang ruh orang yang dimatikanNya dan ruh orang  yang ditidurkanNya dan menahan ruh orang yang telah ditetapkan kematiannya seperti nabi Isa as dan nabi Idris.dan dalam masalah ruh ini terdapat keterangan yang sangat banyak dalam Alqur’an sebagai pelajaran bagi kaum yang mampu berfikir,

24) Bukan sabda nabi tapi  Firman Allah dalam surah ( Al isra’ 72).Tafsir Al baghawi menyebutkan “siapa yang buta mata hatinya dari melihat qudarat allah dan ayat-ayat Allah dan melihat yang haq pada dunia ini,maka diakhirat nanti niscaya ia akan buta,bahkan lebih sangat buta lagi sesat jalannya”. (Tafsir Al baghawi juz 5 hal 110).sesuai dengan surat (Al hajji  46).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca terbaik meninggalkan secuil komentar ilmiah,.,.,.silahkan