Jawab: Megesakan
Sifat Allah itu yaitu tiada yang
hidup,mengetahui,berkehendak,mendengar,melihat,berkata,pada hakikat melainkan
hanya Allah ta’la60) adapun zahir sifat ini kepada makhluk tempat memandang sifat tuhan yang zahir
kepada makhluk,Yakni bayang-bayang sifat tuhan kepada hamba61) ,
mustahil bayang-bayang dengan tiada wujud yang mempunyai bayang-bayang itu,
mustahil pula bergerak bayang-bayang itu sendirinya,mustahil pula bercerai
bayang-bayang dengan yang punya bayang-bayang,misal ini hanya untuk menghampiri
faham.62) sesungguhnya Allah ta’la maha suci dari pada misal
(tasbih),hanya bayang-bayang itu adanya barang yang bertubuh dan beku,seperti
kayu dan batu, Zat Allah tiada ‘ain,(materi/jisim yang tersusun,) ibarat ini
hanya tempat zahirnya , seperti wujud nur matahari menunjukkan adanya matahari.63)
Jawab: Mengesakan Af’al Allah itu yaitu
tiada yang mempunyai perbuatan,dalam alam hanya perbuatan Allah, tidak ada perbuatan
makhluk seberat zarrah jua dalam alam64)
Dan jika
engkau sangka65) ada perbuatan dan ikhtiar itu bagi makhluk biar
sebesar zarrah pun, maka engkau itu telah syirik 66)
Tanya: Apa perbedaan iman dengan islam
?
Jawab: Iman itu
dengan batinnya dan islam itu dengan zahirnya, tidak boleh terpisah antara
keduanya, tidak sah islam itu kecuali dengan iman, tidak sah pula iman kecuali
dengan islam,tidak disebut muslim orang yang tak beriman 67) yang
tidak mengerjakan perintah dan menghentikan larangan,
...................................................................................................................................................................
59) Syekh
Haji Muhammad Wali Khalidy berkata: ini tauhid ‘arifin tiada wujud dalam
zuknya.Pada hakikat,tapi ada hanya menurut pandangan syari’at,(Tanwirul
anwar).sesuai Firman Allah: وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا “adalah kamu itu mati” ,”( Al Baqarah
28). Ibnu Katsir menjelaskan: قد كنتم عدمًا فأخرجكم إلى الوجود، “sesungguhnya kamu itu ‘adam( tiada). Maka Aku
(Allah) yang mengeluarkanmu kepada Wujud.(Tafsir Ibnu Katsir juz 1 hal 121)
yang dimaksud ‘adam adalah tidak ditemukan hakikatnya.ini berbeda dengan faham
wahdatul wujud yang mengi’tiqadkan ‘Allah dan alam itu satu.Allah menzahirkan
wujud menjadi alam” i’tiqad yang kacau,Allah itu Qadim sedang alam ini
Muhaddas.bagimanapun Allah tidak akan menjadi alam,dan alam tidak akan menjadi
Allah.
60) Ini
sifat ma’nawi bukan semua sifat Allah,yang mana sifat ma’nawi itu artinya yang hidup,yang mengetahui,yang
mendengar,yang melihat, yang berkata hanya Allah yang memilikiNya,dalil nya
sangat banyak dalam Al Qur’an dan hadits,sifat yang zahir kepada makhluk adalah
sifat ma’ni namanya,yang artinya dihidupkan diberi
pengatahuan,dikehendakkan,diperdengarkan,dan seterusnya,adapun sifat Allah itu
sangat banyak, sebab dijawab disini dengan sifat ma’nawi dan ma’ni karena sifat
itu yang berbekas pada diri,,,
61) maksud sfat tuhan kepada hamba,Hamba diberi
oleh Allah sifat melihat,mendengar,berkata dll,dalilnya sangat banyak terdapat
dalam Alqur’an,seperti :
مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلا
تَسْمَعُونَ “Siapakah Tuhan selain Allah yang
akan mendatangkan cahaya terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak
mendengar?" ( Al Qashas 71).dan lagi Firmannya: أَفَلا تُبْصِرُونَ “Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?" ( Al Qashas 72). Namun yang dimaksud diberi sifat itu bukan
dipindahkan sifat Allah itu kepada hamba, ma’na bayang-bayang bukanlah satu
adanya yang pengertiannya wujud alam ini adalah wujud Allah/pendengaran kita
ini adalah pendengaran Allah dan penglihatan kita adalah penglihatan
Allah,I’tiqat itu adalah I’taqad yang tergelincir,sebagaimana yang kita
kenal dengan sebutan “Wahdatul wujud”yang artinya wujud yang satu,yakni satu
wujudnya dengan wujud Allah,,,Wujud Allah itu qadim tidak berpemulaan,akhir
tidak berkesudahan,tapi alam itu tidak qadim,kita termasuk alam,kita diawali
dengan lemah kemudian kuat kamudian lemah kembali,itulah ma’na dari surat ( Al
Baqarah 28).
62) Yang diamaksud mustahil bercerai bayang
–bayang dengan yang punya bayang-bayang adalah,” mustahil sifat ma’ni itu
bercerai dengan sifat ma’nawiNya.karena kalau bercerai berarti pendengaran kita,
kitalah yang menjadikan,kalau begitu kenapa orang tuli itu tidak menjadikan
pendengarannya sendiri,maka itu mustahil”,Misal /contoh yang diibaratkan kepada
bayang-bayang kita dengan kita,yang diambil sebagai ibarat disini adalah
tentang bekas sifatnya,bukan tentang wujudnya,kalau kita ambil ibarat tentang
wujudnya(bayang-bayang) maka pengertianya, kita ini bayang-bayang tuhan,
kemanapun tuhan maka otomatis kita mengikutinya,apapun yang dilakukan tuhan
maka kita meniru perbuatannya seperti bayang bayang kita mengikuti kelakuan
kita, kemana kita pergi dan apapun yang kita lakukan,kita adalah makhluk allah
yang kehidupan kita sangat jauh berbeda dengan kehidupan allah, maha suci allah
dari mempuyai bayang,tak sepatah katapun dalam alqur’an/hadits menyebut alam
ini adalah bayang –bayang tuhan dan tidak pula kehidupan allah itu diberikannya
kepada alam,Ahli thariqat menuturkan ibarat ini dengan sebuah pepatah, Putuih
ilmu banasakah, Putuih thariqat baibarat,Maksudnya ,matangnya ilmu
berbekas pada jiwa, matangnya thariqat ber ibarat, Itulah ibaratnya
untuk mendekatkan faham.
63) Tajali itu artinya meliputi,bekasnya nyata
pada makhluk,bukan pindah/foto copy sifat tuhan pindah menjadi sifat
makhluk,atau sifat tuhan adalah sifat
makhluk ini,akan tetapi berbekas sifat tuhan itu nyata pada makhluk .
bukan kembar,bukan pula satu adanya,tapi adanya makhluk menunjukan adanya sang
khaliq, Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits Qudsi:”“Tidak suatu amalan pun
yang mendekatkan hambaku kepada-Ku yang lebih aku cintai selain dari amalan
yang aku wajibkan kepadanya, dan hambaku itu tetap akan mendekatkan diri
kepadaku dengan amalan-amalan sunnat hingga aku mencintainya,apabila aku telah
mencintainya maka aku menjadi alat pendengarannya saat ia mendengar,dan aku
menjadi penglihatannya saat ia melihat, dan menjadi tangannya saat ia
bekerja,dan menjadi kakinya saat ia berjalan,jika ia meminta kepadaku pastilah
akan aku kabulkan jika ia berlindung kepadaku pastilah aku lindungi” (HR.
Bukhari-Arba’in Nawawi no 38).yang dimaksud Aku menjadi tangannya saat ia
bekerja adalah menyertai dan meliputi ,memelihara,dan mengkuasakan,Firman
Allah:
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ
وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى “tidaklah engkau yang membunuh mereka tetapi Allah
yang membunuhnya, dan tidaklah engkau yang melempar saat engkau melempar,
malainkan Allah yang melempar. (Al Anfal 17)
64) ini telah melewati batas I’tiqat Ahlussunah
wal Jamaah,kalau teri’tiqatkan semua perbuatan dan ikhtiar itu dari tuhan tidak
ada sedikitpun dari makhluk apalah artinya tuhan dan apa artinya makhluq,apakah
tuhan itu pernah berzina,yang mana berzina itu perbautan makhluk,apakah tuhan
itu pernah buang air besar, apakah tuhan pernah tidur,apakah tuhan pernah azan
dan qamad dimasjid,,,? ini faham yang kacau,begitulah faham Jahal bin Safwan
tokoh utama kaum Jabariyah,yang disebut dalam ( I’tiqat Ahlussunah wal jamaa’ah
oleh KH sirajuddin Abbas pada bab Jabariyah hal 245) walau hanya sekedar
I’tiqat bagi ‘ammah atau zuk bagi ‘arif,itu tidak sah menjadi jawaban tauhid
af’al.
65) maksudnya ter‘itiqatkan bukan sangka,karna
sangka itu waham yang menjadi sifat manusia yang lemah ,kalau teri’tiqatkan
yang seperti itu hanya makhluk saja tidak ada urusan Allah dalam usaha kalaulah
bukan karena makhluk usaha itu tidak akan jadi,,kalulah tidak karena dokter itu
yang mengobati pastilah tidak akan pernah sembuh,maka itu benar syirik,karena
yang akan menyembuhkan itu hanya Allah,
66) Hati-hati dengan kata syirik,Yang syirik itu menduakan ‘Afal
Allah,Firman Allah: وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا
تَعْمَلُونَ “Aku yang menjadikan kamu dan apa yang kamu
kerjakan,(Allah juga yang menjadikan)”,( As Shafat 96).Ibnu katsir Mentafsirkan
ayat ini dengan
persamaaan “الذي ”dengan kalimah “ مَا ” dengan
kalimah seperti ini والله
خلقكم والذي تعملونه “Allah yang telah menjadikan kamu dan apa(zat) yang kamu
kerjakan/usahakan itu”, karena مَا masdar dan الذي isim mausul sederajat ma’nanya kedua kata itu adalah Lazim, (Tafsir Ibnu
Katsir juz 7 hal 26),, kalau teri’tiqatkan Allah yang menjadikan seperti alam
semesta,dan makhluk juga ada yang menjadikan,seperti menjadikan nasi dari beras,maka
itu namanya menduakan af’al Allah,pada ayat diatas telah diterangkan bahwa
Allah yang menjadikan dan kamu yang mengerjakan(iktiar),walu sering diucapkan
dalam kehidupa sehari-hari,seperti “saya menbuat air teh”,namun hakikat
sebenarnya “saya mengaduk air dengan teh”,,,,,
Mengesakan af’al Allah itu adalah: Allah yang menjadikan benda apa
saja di alam ini,tidak ada selain Allah yang menciptakan,manusia hanya
mengerjakan yang telah diciptakan Allah itu, dan kekuatan yang kita gunakan untuk
bekerja itu Allah juga yang menciptakan, bukan makluk yang menciptakan
kekuatannya sendiri, bukti ikhtiar atau
usaha itu ada pada makhluk sebagaimana Firman Allah:
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لا ظُلْمَ الْيَوْمَ
إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ”Pada hari qiyamat
setiap diri menerima balasan menurut
yang diusahakannya, Tidak dianiaya diri pada hari itu.
Sesungguhnya Allah menghisab sangat cepat” ( Al Mu’min 17).bukanlah
Allah pula yang punya usaha seperti yang difahami oleh kaum jabariyah, karena (usaha)pekerjaan
Allah tidak ada yang membalas,dan lagi Firman Allah:
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا
مَا اكْتَسَبَتْ “Bagi manusia
itu balasan apa yang diusahakannya, dan atas manusia itu hukuman apa yang diusahakannya”,(
Albaqarah 286)
Pada ayat
ini jelas usaha itu ternistbat kepeda manusia bukan kepada Allah,jika Allah jua
yang berusaha maka sipakah yang membalasnya dan siapakah yang akan menghukumnya,,?
Singkat kata usaha itu Allah yang menciptakan manusialah yang mengerjakan
dengan izin Allah, Allah yang memutuskan berhasil atau tidaknya usaha itu
manusia berikhtiar melakukan yang terbaik,Allah yang berkuasa segalanya manusia
menerima keputusan Allah,begitulah faham Ahlussunah wal Jamaah .jika tersangka
atau teri’tiqatkan ada kekuasaan bagi makluk dalam memperbuat disamping
kekuasaan Allah juga ada yang memperbuat itu namanya syirik.seperti Allah
berkuasa menjadikan gunung,manusia juga berkuasa meruntuhkan gunung itu,itu
namanya syirik Af’al Allah,kerena Allah yang mengizinkan runtuhnya gunung
itu,walau tampa usaha manusia,gunung itu bila tiba saatnya akan runtuh
jua.seperti itu pula hujan yang diturunkan Allah,tidak ada seorangpun yang bisa
menghentikannya meliankan izin Allah.walau tampa tankal hujan dan segala
macamnya dari manusia,bila tiba saatnya hujan itu akan berhenti juga,siapakah
yang mampu melawan Allah,,,,? Jangankan Allah malaikat maut saja gak seorangpun
yang mampu melawannya,,,,.
“Al-A’masy dari Yazid Ibnul Asham, dari Ibnu
Abbas. Rasulullah bersabda:
أَجْعَلْتَنِي مَعَ اللهِ عَدْلاُ ( وَفِي
لَفْظٍ نِدًّا ) لاَ بَلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ
“Apakah kamu menjadikan aku bersama Allah sebagai bandingan? (dalam suatu
lafazh setara?). Tidak, tetapi suatu kehendak Allah sendiri.” (HR.Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad
787),dan ( Ibnu Majah (2117),
67) Maksudnya muslim yamg sempurna,kesimpulannya
iman itu Roh dan islam itu tubuh(syari’at) karena yang diseru allah untuk
berpuasa bulan ramadhan dan mendirikan shalat adalah orang yang beriman,agar menjadi
orang islam yang sempurna.ya’ni orang yang bertaqwa.sesuai Hadts sahih Riwayat
Muslim dari Umar,tentang iman, islam dan ihsan seperti yang telah diterangkan
pada bab diatas.